Pasca Revitalsiasi
Kawasan Ngarsapuran yang berada di jalan Diponegoro Solo diiproyeksikan jadi
sebuah pasar malam. dengan letaknya yang strategis, antara Jalan Slamet Riyadi
dan Jalan Ronggo warsito , diharapkan Pasar malam Ngarsapuran bisa menjadi icon
wiasta baru kota bengawan. NIlai lebih pasar malam ini adalah dekat dengan
pasar antik windu jenar, pasar elektronik dan Pura mangkunegaran. Menurut
rencana night market yang buka mulai pukul 17.00 hingga pukul 22.00 tersebut
akan dihuni 344 pedagang yang dipayungi 86 tenda. Satu tendanya berisi empat
pedagang. Namun untuk sementara ini baru berdiri 70 tenda dengan jumlah pedagang
280 orang
Gladag Langen Bogan(GALABO)
Walikota Solo Joko Widodo meresmikan Gladag Langen
Bogan Solo , MInggu ( 13/4) malam. Gladag Langen Bogan merupakan Pusat jajanan
malam ( wisata kuliner malam ) yang terletak di Jalan Mayor Sunaryo atau sisi
selatan benteng Vastenburg
Taman Satwa Taru Jurug
Salah satu objek wisata paling populer di Solo adalah Taman
Satwa Taru Jurug ( TSTJ ). TSTJ terletak di bagian timur kota Solo, tepatnya di
pinggir sebelah barat Sungai Bengawan Solo. Apa yang menarik dari TSTJ ini? Yuk
kita tengok taman yang akan menjadi BUMD ini.
Di TSTJ ini terdapat kebun binatang yang dahulu merupakan
koleksi kebun binatang bon raja Sriwedari. Karena perkembangan dan perubahan
tata kota kebon binantang di taman sriwedari dipindah ke Taman Jurug ini.
Diantara binatang yang dipindh tersebut adalah gajah bernama Kiai Anggoro.
Selain itu dini terdapat taman bermain anak atau kids play
ground. DI taman bermain ini para pengunjung yang datang bersama anak-anak bisa
menunggang gajah atau sekedar bermain ayunan dan lain-lain.
Di tengah-tengah taman ini terdapat sebuah danau dimana para
pengunjung bisa mengarunginya dengan menumpangi perahu yang ada. Atau bisa juga
memancing ikan di danau ini.
Acara hiburan yang rutin diadakan pengelola adalah musik
campursari dan dangdut. Acara tahunan yag menjadi andalan TSTJ adalah Grebeg
Syawal yang disi dengan acara larung agung Jaka Tingkir yang menggambarkan
perjalanan Jaka Tingkir mengarungi Sungai Bengawa Solo.
TSTJ buka setiap hari mulai jam tujuh pagi sampi dengan jam
5 sore. Harga tiket masuk TSTJ untuk golongan : Anak Rp. 3000,- untuk hari
biasa . hari libur harga tiket naik menjadi Rp. 4000,- . Untuk golongan orang
dewasa harga Tiket : Rp. 6000,- untuk hari biasa dan Rp. 7000,- pada hari
libur.
Denah TSTJ ini bisa di lihat di
www.tamanjurug.com/peta/Peta_Jurug.swf
Di bagian utara Taman jurug ini,dahulu merupakan arena balap
moto cross. Pada jaman dahulu pembalap asal bandung, Popo Hartopo, sangat
populer di Kota Solo karena sering berjaya di aren balap moto cross.
Taman jurug ini pertama kali dididirkan dan dikelola Tahun
1975 yang dikelola oleh PT. Bengawan Permai. namun karena masalah biaya dan
pengelolaan yang tidak profesional sehingga kondisi taman ini sangat
memprihatinkan. Hingga akhirnya Pemkot Solo mengambil alih pengelolaan dan
anakn menjadikannya sebagau BUMD berbentuk PT.
Di kota Solo terdapat sebuah museum sejarah dan budaya yang
bernama Museum Radya Pustaka. Museum Radya Pustaka merupakan museum tertua di
Indonesia yang didirikan pada masa pemerintahan Paku Buwono IX tepatnya tanggal
28 oktober 1890 oleh kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV. Raden Adipati
Sosrodidingrat IV adalah patih Pakubuwono IX dan Paku Buwono X.
Pada saat itu museum berada di dalam komplek dalem
kepatihan. Untuk lebih memudahkan diakses oleh lebih banyak orang pada tanggal
1 januari 1913 musim ini dipindahkan ke lokasinya yang sekarang yaitu di Gedung
Museum Radya Pustaka ( kompleks Taman Sriwedari ) jalan Slamet Riyadi. Gedung
tersebut dulunya adalah tempat tinggal Johannes Buseelar, seorang warga negara
Belanda.
Museum Radya Pustaka dikelola oleh Yayasan Paheman
Radyapustaka Surakarta dan dibentuk pada tahun 1951. Presidium pertama dibentuk
pada tahun 1966 dan diketahui oleh Go Tik Swan atau juga dikenal dengan nama
K.R.T Hardjonagoro
Mesjid Laweyan Dan Makam Ki Ageng Henis
Masjid Laweyan merupakan masjid tertua di Laweyan, yang
dididikan tahun 1546 Masehi. Menilik tahun bedirinya, mesjid ini dibangun
sebelum Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya menjadi Sultan Pajang antara tahun
1568-1582.
Masjid Lawayan dibangun oleh Ki Ageng Henis. Ki Ageng Henis
adalah Putra dari Ki Ageng Sela yang masih keturunan Raja Brawijaya yang
berarti masih keturunan raja-raja Majapahit. Ki Ageng Henis inilah yang
kemduian menurunkan raja-raja dinasti mataram islam.
Lahan mesjid Laweyan dulunya merupakan sanggar dari Ki Ageng
Beluk. Ki Ageng Beluk adalah seorang murid dari Ki Ageng Henis yang masuk
islam. Maka tak heran jika Lokasi Masjid ini disebut Kampung Belukan. Versi
lain menyebutkan kampung itu diberi nama belukan karena kampung ini dulu
menjadi seperti pesantren dimana selalu ada kegiatan menanak nasi untuk makan
para santri sehingga selalu keluar asap dari dapur pesantren dan disebutlah
wilayah ini sebagai Kampung Belukan (beluk = asap).
Dibelakang masjid terdapat komplek makam kerabat keraton
pajang, kartosura dan Surakarta. Pintu gerbang makam dibangun pada masa Sunan
Paku Buwono X dan didigunakan untuk ziarah ke makam dan hanya digunakan 1 kali
saja karena 1 tahun setelah kunjungan itu beliau wafat.
Beberapa orang yang dimakamkan di tempat itu antara lain
adalah :
Kyai Ageng Henis
Paku Buwono II
Permaisuri Paku Buwono V
Pangeran Widjil I Kadilangu ( pujangga Keraton Surakarta )
Nyai Ageng Pati
Nyai Pandanaran
Prabuwinoto anak bungsu dari Paku Buwono IX.
Kyai Ageng Proboyekso
Ki Ageng Beluk
Di makam ini terdapat tumbuhan langka Pohon Nagasari yang
berusia lebih dari 500 tahun yang merupakan perwujudan penjagaan makam oleh
naga yang paling unggul. Selain itu pada gerbang makam terdapat simbolisme
perlindungan dari Betari Durga. Makam direnovasi oleh Paku Buwono X bersamaan
dengan renovasi Keraton Kasunanan. Sebuah bangunan semacam pendapa yang
diangkat dari pindahan Keraton Kartasura.